Sabtu, 20 September 2008

Communication Theories_Ms.Margaretha


Bab I
AUDIENCE dan PENGARUNYA TERHADAP KOMUNIKASI MASSA

Sampai Sejauh ini teori Komunikasi massa menjelaskan tentang efek dari sudut pandang media itu sendiri, yaitu pengaruh media terhadap audience baik secara individu maupun masyarakat. Teori-teori yang akan dibahas, akan memandang dari perspektif yang berbeda dalam hubungan antara, audience, dan efek. Dikemukakan tiga teori dominan dari pendekatan yang menempatkan audience sebagai fokus, yaitu uses and gratifications, uses and effects, dan information seeking.

1. Pendekatan Uses and Gratifications


Pendekatan ini kita akan membahas mengenai apa yang dilakukan orang terhadap media. Dalam bidang ini memusatkan perhatian pada penggunaan (uses) isi media untuk mendapatkan pemenuhan (gratification) atas kebutuhan seseorang. Sebagian besar perilaku audience akan dijelaskan melalui berbagai kebutuhan (needs) dan kepentingan (interest) individu. Dan semua ini adalah fenomena mengenai proses penerimaan (pesan dari media), oleh karenanya pendekatan ini tidak mencakup atau mewakili keseluruhan proses komunikasi.
Denis McQuail (1981) menyebutkan adanya dua hal dibalik kebangkitan pendekatan ini. Pertama adalah adanya oposisi terhadap asumsi yang deterministik mengenai efek media, yang merupakan bagian dari dominannya peran individu yang kita kenal dalam model komunikasi dua tahap. Kedua, adanya keinginan untuk lepas dari perdebatan mengenai penggunaan media massa yang hanya didasarkan atas selera individu. Dalam pendekatan uses and gratifications memberikan suatu cara alternatif untuk memandang pada hubungan antara isi media dan audience, dan pengkategorikan isi media menurut fungsinya daripada sekedar tingkat selera yang berbeda.
Meskipun masih diragukan adanya ’satu’ model uses and gratifications, namun para ahli sependapat mengenai gagasan utama pendekataan ini. Katz (1974) menggambarkan logika yang mendasari penelitian mengenai media uses and gratifications, sebagai berikut :
1. Kondisi sosial psikologis seseorang akan menyebabkan adanya,
2. kebutuhan yang menciptakan,
3. harapan-harapan terhadap,
4. media massa atau sumber-sumber lain, yang membawa kepada,
5. perbedaan pola penggunaan media yang akhirnya akan menghasilkan,
6. pemenuhan kebutuhan dan,
7. konsekuensi lainnya, termasuk yang tidak diharapkan sebelumnya.

Sebagai tambahan bagi elemen-elemen dasar tersebut di atas, penelitian uses and gratifications sering memasukkan unsur ’motif’ untuk memuaskan kebutuhan. Contohnya, pada unsur yang terakhir, konsumsi terhadap jenis media tertentu (misalnya menonton TV) mungkin merupakan alternatif fungsional dari aktifitas kultural lainnya (misalnya mengikuti aktivitas sosial di lingkungan tempat tinggalnya).
Contoh mengenai cara berpikir uses and gratifications sebagai berikut :
Seperti halnya manusia pada umumnya, seseorang memiliki kebutuhan mendasar terhadap interaksi sosial. Berdasarkan pengalaman, dia mengharapkan bahwa konsumsi atau penggunaan media tertentu, akan memberikan sejumlah pemenuhan bagi kebutuhan ini. Hal ini akan membuatnya menonton acara TV tertentu, membaca artikel tertentu dalam majalah, dan sebagainya. Dalam beberapa kasus, aktivitas ini dapat menghasilkan suatu pemenuhan kebutuhan, namun pada saat yang bersamaan aktivitas ini juga menciptakan ketergantungan pada media massa dan perubahan kebiasan-kebiasan sebelumnya. Dengan begitu dapat dikatakan bahwa penggunaan media massa oleh individu telah memberikan fungsi alternativ bagi interaksi sosial yang sesungguhnya.
Pendekatan uses and gratifications dikemukakan oleh Karl Erik Rosengren (1974) dengan versi lain, yang memodifikasi elemennya menjadi 1 elemen seperti yang dijabarkannya dalam model berikut :


1. Kebutuhan mendasar tertentu Dalam interaksinya dengan

2. Berbagai kombinasi antara
Karakteristik Intra dan Ekstra Dan juga dengan
Individu

3. Struktur masyarakat, termasuk Menghasilkan
Struktur media

4. Berbagai kombinasi personal Dan
Individu

5. Persepsi mengenal solusi bagi Kombinasi persoalan dan
Persoalan tersebut solusinya menunjukkan

6. Berbagai motif untuk mencari
Pemenuhan atau penyelesaian Yang menghasilkan
Persoalan

7. Perbedaan pola komsumsi media Dan

8. Perbedaan pola perilaku lainnya Yang menyebabkan

9. Perbedaan pola pemenuhan Yang dapat mempengaruhi


10. Kombinasi karakteristik Intra Yang sekaligus akan
Dan ekstraIndividu mempengaruhi

11. Struktur media dan berbagai
Struktur politik, kultural, dan
Ekonomi dalam masyarakat

Pendekatan uses and gratifications ditujukan untuk menggambarkan proses penerimaan dalam komunikasi massa dan menjelaskan penggunaan media oleh individu atau agregasi individu.
Penelitian yang dilakukan oleh Katz dan Gurevitch (1977) menjelaskan persamaan dan perbedaan dari beberapa medis yang berbeda, terutama mengenai fungsi dan karakteristik lainnya, menghasilkan suatu model sederhana di mana orang dapat melihat media mana yang menunjukkan kesamaan dengan media lainnya.
Penelitian Brown (1976) mengenai penggunaan TV oleh anak, menemukan arti penting media tersebut yang bersifat multi fungsi dan memberikan kepuasan bagi kebanyakan anak pada umumnya, seperti mengajarkan tentang bagaimana orang lain menjalani hidupnya atau memberikan suatu bahan pembicaraan dengan teman-temannya.
Dalam penelitian mengenai reaksi audiencese lama terjadi pemogokan di surat kabar, Barelson (1949) menemukan bahwa surat kabar harian dapat memenuhi kebutuhan pembacanya akan fungsi-fungsi berikut :
a. Memberikan informasi dan interpretasi mengenai hal-hal yang terjadi dalam masyarakat.
b. Sebagai alat bagi kehidupan sehari-hari dan sumber relaksasi.
c. Memberikan prestise sosial.
d. Memberikan kontak sosial, dan
e. Digunakan sebagai bagian dari ritual sehari-hari.

2. Teori Uses and Effects


Pemikiran Sven Windahl (1979) merupakan sintesis antara pendekan uses and gratifications dan teori tradisional mengenai efek. Konsep ’use’ (penggunaan) merupakan bagian yang sangat penting atau pokok dari pemikiran ini.
Dalam konteks lain, pengertian ’Penggunaan media massa’ dapat menjadi suatu proses yang lebih kompleks, di mana isi tertentu dikonsumsi dalam kondisi tertentu, untuk memenuhi fungsi tertentu dan terkait harapan-harapan tertentu untuk dapat dipenuhi.
Pada uses and effects, kebutuhan hanya salah satu dari faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penggunaan media. Karakteristik individu, harapan dan presepsi terhadap media, dan tingkat akses kepada media, akan membawa individu kepada keputusan untuk menggunakan atau tisak menggunakan isi media massa.
Hasil dari proses komunikasi massa akan membawa pada bagian penting berikutnya dari teori ini. Hubungan antara penggunaan dan hasilnya, memilih beberapa bentuk yang berbeda, yaitu :
a. Pada kebanyakan teori efek tradisional, karekteristik isi media menentukan sebagian besar dari hasil. Penggunaan media hanya dianggap sebagai faktor perantara, hasil dari proses tersebut dinamakan efek.
b. Dalam berbagai proses, hasil lebih merupakan akibat penggunaan daripada karakteristik isi media. Di samping dapat pula memilih konsekuensi psikologis seperti ketergantungan pada media tertentu.
c. Ada dua proses yang bekerja secara serempak yang bersama-sama menyebabkan terjadinya suatu hasil yang kita sebut ’conseffects’ (gabungan antara konsekuensi dan efek).

Hasil-hasil ini dapat ditemukan pada tataran individu maupun tataran masyarakat. Gambaran selengkapnya dapat disimak pada diagram berikut :

3. Information Seeking


Information seeking memiliki beberapa keterkaitan denagn teori sebelumnya. Teori difasi seringkali menyentuh proses pencarian informasi. Demikian pula dengan teori-teori ’congruence’ yang menjelaskan pengorganisasian sikap, seperti misalnya teori disonansi kognitif yang dikemukakan oleh Festinger.
Teori informations seeking yang dikemukakan, yaitu dari Donohew dan Tipton (1973), menjelaskan tentang pencarian, penghindaran, dan pemrosesan informasi, disebut memiliki akar dari pemikiran psikologis sosial tentang kesesuaian sikap.
Beberapa konsep utama dari teori Informations Seeking antara lain adalah ’image’ atau ’image of reality’. Pertama-tama, konsep image ini mengacu pada pengalaman yang diperoleh sepanjang hidup seseorang dan terdiri dari berbagai tujuan, keyakinan, dan pengetahuan yang telah diperolehnya. Kedua, dari image terdiri dari konsep diri seseorang, termasuk evaluasinya terhadap kemampuan dirinya dalam mengatasi berbagai situasi. Ketiga, ’image of reality’ terdiri dari suatu perangkat penggunaan informasi yang mengatur perilaku seseorang dalam mencari dan memproses informasi.
Ketika mencari informasi, individu dapat memilih di antara berbagai strategi yang dalam teori ini dibedakan antara strategi luas dan sempit. Pencarian informasi akan dilakukan sampai pada tahap yang disebut ’closure’ di mana seseorang akan berhenti mencari lebih banyak informasi.
Proses pencarian dimulai ketika individu diterpa oleh sejumlah stimuli. Pada tahap berikutnya, terjadi suatu perbandingan antara stimuli (informasi) dan ’image of reality’ yang dimiliki individu tersebut. Untuk memudahkan pemahaman informations seeking, kita akan melihat dari contoh berikut : Seorang petani menemukan adanya gejala hama yang menyerang padi di sawahnya (stimuli). Dia akan menganggap hal ini relevan dan memberikan prioritas tinggi pada informasi mengenai hama tersebut. Dalam situasi ini, dia merasa bahwa informasi yang dimilikinya belum cukup dan mempertimbangkan sumber-sumber informasi apa yang dapat dipergunakannya. Dan ketika dia mengevaluasi situasi yang dihadapinya, dia merasa telah mendapatkan cukup informasi (closure), dan dia lalu bertindak sesuai dengan informasi yang telah diperolehnya.



Bab II
REALITAS SOSIAL, BUDAYA, dan KOMUNIKASI


Pada bagian ini akan dibahas sejumlah konsep yang muncul dari interaksi dan sifat dari proses tumbuhnya pemahaman. Konsep-konsep berikut pada dasarnya menjelaskan realitas sosial dari suatu kelompok atau budaya.
Orang berkomunikasi untuk mengartikan kejadian-kejadian yang ditangkap oleh inderanya dan membagikan pengertian tersebut kepada orang lain. Produk dari komunikasi merupakan teori interaksional menganggap bahwa realitas disusun secara sosial.
Hal ini akan menguraikan peran dan posisi komunikasi dalam proses pembentukan konstruksi realitas sosial dan budaya dalam tataran teoritis, yaitu :
1. Akan diawali dengan pembahasan mengenai komunikasi dan konstruksi sosial tentang realitas.
2. Menguraikan pendekatan ’rules’ dalam kajian komunikasi.
3. Merupakan pendalaman lebih lanjut dari pendekatan ’rules’.
4. Membahas teori-teori yang menjelaskan keterkaitan antara bahasa, budaya, dan komunikasi.


Setelah mempelajari bab ini, diharapkan memiliki kemampuan untuk memahami pandangan mengenai bagaimana realitas sosial dibentuk melalui proses komunikasi dan beberapa pendekatan.
Secara lebih khusus setelah mempelajari masing-masing kegiatan belajar dengan baik. Anda diharapkan mampu mengenal dan memahami :
a. Perspektif konstruksi dalam menjelaskan fenomena komunikasi dan realitas sosial.
b. Pendekatan ’rule’ yang merupakan landasan dari perspektif konstruksionis.
c. Beberapa teori komunikasi penting yang berlandaskan prinsip-prinsip ’rule’
d. Perspektif komunikasi terhadap bahasa dan budaya.



Bab III
KOMUNIKASI dan KONSTRUKSI SOSIAL REALITA


Konstruksi sosial mengenai realitas dikemukakan oleh Alfred Achutz sebagai berikut :
Dalam situasi biografis yang unik di mana saya menemukan diri saya dalam realitas pada suatu saat tertentu dari ekstensi secara bersama melalui hubungan dengan orang-orang lain.
Konsep tentang realitas semacam ini tertanam kuat dalam pemikiran-pemikiran sosiologi. Beberapa tokoh utamanya adalah Peter Berger dan Thomas Luckmann yang menulis buku The Social Construction Reality. Pendekatan realitas telah menjadi gagasan penting dan popular dalam ilmu sosial. Kenneth Gergen bahkan menjulukinya sebagai gerakan konstruksionis sosial. Dan gerakan ini memusatkan perhatiannya pada proses di mana para individu menanggapi kejadian di sekitarnya.
Ada empat asumsi yang mendasari pemikiran tersebut :
1. Suatu kejadian (realitas) tidak hadir dengan sendirinya secara objektif, tetapi diketahui atau dipahami melalui pengalaman yang dipengaruhi oleh bahasa.
2. Realitas dipahami melalui kategori-kategori bahasa secara situasional yang tumbuh dari interaksi sosial dalam suatu kelompok.
3. Bagaimana suatu realitas dapat dipahami, sitentukan oleh konvensi-konvensi komunikasi yang dilakukan pada saat itu.
4. Pemahaman-pemahaman terhadap realitas yang tersusun secara sosial membentuk banyak aspek-aspek penting lain dari kehidupan.
Di antara berbagai aspek terpenting dari kehidupan sosial adalah definisi mengenai diri (self) yang terkait dengan orang lain. Berikutnya kita akan lanjutkan pada dua teori yang menekankan pada peranan komunikasi dalam ’self-definition’.

1. Ekstensi Sosial dan Personal


Rorn Harre adalah ilmuwan sosial kontemporer yang menempatkan asumsi-asumsi konstruksionis. Dia juga menembangkan suatu teori mengenai diri (self) yang sesungguhnya merupakan suatu produk dan pemrakarsa komunikasi. Harre memberikan arti penting tentang bagaimana individu berpikir dan menjelaskan perilaku mereka pada masing-masing dimensi.
Harre dan Paul Secord memperkenalkan ”ethogency”, yaitu studi tentang bagaimana orang memahami tindakan mereka di dalam suatu peristiwa (episode) tertentu. Episode adalah suatu rangkaian tindakan yang dapat di perkirakan dan semua pihak yang terlibat mengartikannya sebagai peristiwa yang ada permulaan dan ada akhirnya.
Tindakan yang membentuk episode merupakan fokus dari ethogency. Kemudian bahasa yang dipergunakan, mencerminkan pemahaman orang-orang tersebut terhadap episode tadi.
Suatu teori kelompok memberikan penjelasan tentang pengalaman yang mencakup suatu skenario mengenai apa konsekuensi logis dari tindakan tertentu. Harre menggambarkan skenario tersebut sebagai ”structured templete” proses tindakan yang diantisipasi dalam episode.
Interaksi simbolis menekankan arti penting tentang diri (self). Self ini menjadi pusat perhatian dalam teori Harre. Diri (self) juga disusun oleh suatu teori personal, yaitu bahwa individu belajar untuk memahami dirinya sendiri melalui satu sekelompok teori yang mengkonsepdikan siapakah ’diri’ individu tersebut.
Dengan demikian, pemahaman seseorang mengenai ’self’ merupakan suatu konsep teoritis yang berasal dari pengertian tentang kepribadian yang terdapat dalam budaya dan diekspredikan melalui komunikasi. Konsep kepribadian bersifat umum, konsep diri sepenuhnya bersifat pribadi.Pengertian tentang orang (personal being) berdimensi sosial dan pribadi (self).


Konsep diri terdiri dari seperangkat elemen yang dapat dipandang dalam tige dimensi. Dimensi Pertama adalah ’display’, yaitu bagaimana suatu aspek dari diri dapat dilihat oleh orang lain. Dimensi kedua adalah realisasi atau sumber. Elemen-elemen yang dianggap muncul dari dalam diri seseorang adalah kenyataan individual, sementara elemen yang tumbuh dari hubungan seseorang dengan suatu kelompok adalah kenyataan kolektif. Dimensi ketiga adalah agency, yaitu tingkat kekuatan aktif yang terdapat pada diri.
Meskipun setiap orang memiliki teori yang berbeda mengenai diri semua teori mengenai diri mempunyai tiga elemen yang sama. Pertama, semuanya mengandung suatu kesadaran diri (self-consciousness). Elemen kedua adalah ’agency’ yang mengacu pada kekuatan yang menggerakan seseorang untuk melakukan sesuatu.

2. Social Accountabillity (Pertanggungjawaban Sosial)

Teoti John Shotter memperluas pemikiran tanggungjawaban moralitas. Pusat dari kaitan antara komunikasi dan pengalaman adalah ’proses menjelaskan’ tesis Shooter mengenai ’social accountability’ dijabarkan sebagai berikut :
Pengertian dan pengalaman kita mengenai relitas terbentuk melalui cara-cara di mana harus berbicara sebagai upaya untuk menjelaskan hal-hal yang ada di dalamnya. Seseorang akan menganggap sirinya memiliki kekuatan untuk bertindak, meskipun demikian dia juga merasa terhambat oleh adanya aturan-aturan untuk bertindak.
Aturan-aturan memang dapat ditaati atau dilanggar, persoalannya adalah kita dituntut untuk memberikan penjelasan mengenai tindakan kita atas dasar aturan-aturan.
Sejalan dengan prinsip-prinsip konstruksionis, Shooter yakin bahwa orang secara terus-menerus memberikan makna dan memahami pengalaman-pengalaman mereka.

Hubungan antara komunikasi dan pengalaman membentuk suatu putaran (loop). Shooter mengemukakan suatu pandangan yang disebutnya pendekatan ekologis (ecological approach). Shooter yakin bahwa individu dan masyarakat tidak terpisahkan. Lingkungan yang ada merupakan suatu ”umwell”, yang pada dasarnya adalah suatu somain moral dari hak, tugas, wewenang, dan kewajiban. Untuk melindungi otonominya, orang harus dapat memberikan penjelasan, bukan hanya atas tindakan-tindakanya, tetapi juga mengenai dirinya sendiri, misalnya, siapa dan apa orang tersebut.


DAFTAR PUSTAKA

Djuarsa Sendjaja M.A, Dr. Sasa.1999.Teori Komunikai Modul 1-9.Jakarta: UT.

Tidak ada komentar: